Label

Selasa, 07 April 2015

Tari Rentak Kudo



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kerinci merupakan nama dari kabupaten yang berlokasi paling barat provinsi Jambi. Kabupaten Kerinci termasuk ke dalam provinsi Jambi. Kabupaten yang dijuluki “Kota Sakti Alam Kerinci, Segumpal Tanah Surga” ini menyimpan banyak kekayaan alam dan juga tradisi kebudayaan. Alam Kerinci terletak di dataran tinggi Jambi, dan juga dikelilingi pegunungan.
Panorama alam Kerinci sangatlah menakjubkan, ada puluhan objek wisata yang langsung diwariskan sang pencipta. Selain itu, Kerinci juga kental dengan kebudayaan dan tradisinya, seperti makanan tradisional, nyanyian rakyat, cerita rakyat, tari-tarian, dan lain sebagainya.
Salah satu kebudayaan yang paling mencirikhaskan alam Kerinci adalah Tari Rentak Kudo. Tari Rentak Kudo merupakan tarian yang dapat ditarikan bersama-sama, sekaligus menjadi pemersatu masyarakat Kerinci. Tarian ini sangat terkenal, dan dinikmati semua kalangan. Untuk itulah, perlu dibahas lebih rinci mengenai tarian pemersatu ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana asal usul tari Rentak Kudo?
2.      Bagaimana tata cara tari Rentak Kudo?
3.      Bagaimana perkembangan tari Rentak Kudo pada masa sekarang?

C.    Tujuan
1.      Menjelaskan asal usul tari Rentak Kudo.
2.      Menjelaskan tata cara tari Rentak Kudo.
3.      Mengemukakan perkembangan tari Rentak Kudo pada masa sekarang.





BAB II
PEMBAHASAN


A.    Asal Usul Tari Rentak Kudo
Rentak kudo terdiri dari dua kata, yaitu rentak dan kudo. Dalam bahasa Kerinci, ‘rentak’ berarti hentakan, dan ‘kudo’ berarti kuda. Jika digabungkan akan memperoleh makna hentakan kuda, atau tari hentakan kuda. Tari Rentak Kudo merupakan tarian yang dilakukan dengan gerakan-gerakan yang menghentak selayaknya kuda. Bukan berarti tari ini merupakan tari yang menggunakan gerakan-gerakan seperti kuda, melainkan Rentak Kudo diartikan sebagai gerakan-gerakan penari yang menghentakkan kaki mereka dengan keras dan seperti kuda. Selain itu, Rentak Kudo pada masa sekarang mempunyai konsep lain, yaitu malang inaih.Malang’ berarti malam, sedangkan ‘inaih’ berarti ini, jadi malang inaih artinya malam ini.
Rentak kudo atau malang inaih adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat Kerinci. Tarian ini ditarikan dalam perayaan yang dianggap sakral oleh masyarakat Kerinci. Rentak kudo pada masyarakat Kerinci juga digunakan dalam upacara-upacara dan ritual adat. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan.
Walaupun banyak tulisan tentang asal-usul Tari Rentak Kudo di Kerinci, akan tetapi belum ditemukan sumber yang benar-benar menjelaskan asal-usul seni budaya tersebut. Diperkirakan Tari Rentak Kudo telah ada sejak lama di daerah Kerinci. Menurut seniman-seniman senior, kesenian ini telah dipelajari dan dilaksanakan jauh sebelum mereka lahir, namun asal-usulnya menjadi kabur seiring berjalannya waktu. Tari rentak kudo dewasa ini dipopulerkan oleh mayoritas masyarakat Hamparan Rawang. Dari masyarakat Hamparan Rawang inilah grup-grup rentak kudo banyak berasal.

B.     Tata Cara Tari Rentak Kudo
Tari Rentak Kudo dimainkan dengan iringan alat musik gendang dan diiringi oleh nyayian yang berisi pantun-pantun, hal ini berbeda dengan  Tari Rantak dari Minangkabau yang hanya diiringi instrumen musik. Para penari terdiri dari pria dan wanita yang menari dengan gerakan yang khas, yaitu kombinasi dari gerakan silat "langkah tigo" ("Langkah Tiga") dan tari. Antara penari pria dan wanita dipisahkan ketika tarian sedang berlangsung. Mereka menari dengan gerakan-gerakan silat yang dipadukan dengan tari, sehingga terlihat lebih menarik. Tari Rentak Kudo biasanya diiringi dengan musik gendang dan lagu yang berisi pantun-pantun. Biasanya tarian ini juga dipentaskan dengan pembakaran kemenyan tradisional upacara ritual yang membuat penari semakin khidmat dalam geraknya, bahkan kadang-kadang ada di antara penari yang mengalami kesurupan.
Di Indonesia saat ini, tarian ini biasanya dipentaskan dalam acara-acara adat dan acara resepsi pernikahan adat Kerinci. Salah satu lirik lagu di dalam pantun yang bersahut-sahutan adalah : "Tigeo dili, empoak tanoh rawoa. Tigeo mudik, empoak tanoh rawoa" (Bahasa Indonesia: "Tiga di Hilir, Empat dengan Tanah Rawang. Tiga di Mudik, Empat dengan Tanah Rawang"). Lirik tersebut menceritakan sebuah kisah pada zaman nenek moyang suku Kerinci dahulu kala, di kala pemerintahan para  Depati (Adipati), Tanah Hamparan Rawang merupakan pusat pemerintahanpusat kota dan kebudayaan di kala itu, yaitu dalam lingkup Depati 8 helai kain yang berpusat di Hiang (Depati Atur Bumi) di mana Tanah Hamparan Rawang merupakan tempat duduk bersama (pertemuan penting dalam adat Kerinci).




C.    Perkembangan Tari Rentak Kudo Pada Masa Sekarang
Kita tentu tidak bisa mengelak bahwa perubahan pasti terjadi. Perubahan terjadi karena perubahan life style (gaya hidup) masyarakat yang berotasi dari waktu ke waktu akibat pengaruh modernisasi. Modernisasi menuntut masyarakat untuk menyeimbangkan diri dengan zaman agar tidak terkesan kolot atau ketinggalan zaman. Hal tersebut juga berlaku bagi perubahan kebudayaan.
Seperti yang dikemukakan Manan (2012: indrayuda.blogspot.com) bahwa problematika pewarisan budaya dalam masyarakat cenderung dipengaruhi oleh aspek perilaku sosial masyarakat itu sendiri. Berbagai penyimpangan perilaku sosial dan gaya hidup telah menyebabkan macetnya berbagai pewarisan budaya.
Begitu juga halnya dengan seni Tari Rentak Kudo, keberadaan seni tari Kerinci ini terus dijaga secara turun-temurun oleh seniman budaya Kerinci lokal dari generasi ke generasi, walaupun kerberadaannya sangat sedikit pada saat ini dan mulai pudar. Seiring perkembangan zaman, tari rentak kudo juga mendapat pengaruh modernisasi.
Perubahan atau pergeseran tersebut tentu ada yang positif dan negatif. Pergeseran yang pertama dari alat musik yang mengiringi Tari Rentak Kudo, jika dahulunya tari rentak kudo menggunakan gendang dan gong sebagai alat untuk mengiringi tarian, namun saat ini masyarakat menggunakan piano (orgen) sebagai pengiring. Tentu saja, masyarakat modern akan mencari yang lebih praktis untuk segi apapun, termasuk alat musik. Namun, masih ada juga perayaan tari rentak kudo yang masih mempertahankan alat musik khasnya. Kita bisa melihat kepraktisan sebagai nilai positif, yang mana masyarakat tidak perlu repot-repot lagi menenteng banyak alat musik sebelum perayaan. Namun, di sisi lain hal tersebut juga akan menenggelamkan nilai keaslian seni tari Rentak Kudo.
Selain itu, tari rentak kudo juga mengalami perubahan fungsi. Seiring perkembangan zaman, yang mana tujuan sebenarnya dari tari ini adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat dan untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci kepada nenek moyang dan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta digunakan dalam upacara-upacara dan ritual adat pada masyarakat Kerinci. Namun, sekarang tari Rentak Kudo sudah banyak dipentaskan untuk acara-acara adat seperti pesta pernikahan adat Kerinci.
Di sisi lain, mirisnya ada sebagian masyarakat yang menyertakan tari Rentak Kudo pada acara malam amal (lelang minum-minuman beralkohol) dan tidak jarang menimbulkan konflik antara penari (sebagian besar para pemuda yang dipengaruhi alkohol).
Jika dahulu antara penari laki-laki dan perempuan dipisah dengan maksud menjaga nilai kesopanan. Tetapi sekarang ini penari pria dan wanita bercampur baur. Walaupun masih ada masyarakat yang memisahkan pria dan wanita itu hanya sebagian kecil masyarakat Kerinci saja. Dari segi ini, kita tidak bisa langsung menilai negatif saja. Sebagaimana perbedaan nilai kesopanan dahulu dan sekarang, kelompok-kelompok yang dianggap tabu itu sudah bergeser. Seperti halnya, jika zaman dahulu kaum perempuan memakai celana panjang dianggap tabu, maka sekarang ini jenis pakaian tersebut dianggap biasa dan masih terkesan wajar. Untuk itu, dalam hal mencampurbaurkan laki-laki dan perempuan dalam tari Rentak Kudo, selama masih bisa menjaga batas-batas tertentu, mungkin tidak perlu terlalu dipermasalahkan.
Tata cara asli tarian tersebut mulai berganti. Sebagai dampak dari modernisasi, Sekarang ini Rentak kudo bukan lagi sebagai tradisi masyarakat Kerinci yang sacral, akan tetapi telah mengalami dekadensi kebudayaan, perubahan derajat tari rentak kudo yang dahulu dianggap sakral tapi kini telah dianggap biasa oleh sebagian masyarakat. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, perubahan itu pasti terjadi. Kita bisa saja memakluminya, tapi alangkah baiknya perubahan itu menjurus pada yang positif. Kalau pun menjurus ke perubahan negatif, itu juga kewajiban kita untuk memutarnya agar kembali positif dan bermanfaat.















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Rentak Kudo merupakan tarian asli masyarakat Kerinci. Tarian ini dilakukan dengan menghentak-hentakkan kaki seperti seekor kuda. Tari Rentak Kudo ditarikan oleh laki-laki dan perempuan diiringi alat musik gendang dan gong,  serta pengucapan pantun-pantun.   
Seiring perkembangan zaman, tari Rentak Kudo juga mengalami beberapa perubahan. Perubahan itu dapat dilihat dari jenis alat musik pengiring, yang sebelumnya gendang dan gong, sekarang sebagian masyarakat mencari yang lebih praktis yaitu piano (orgen). Selain itu juga terdapat perubahan tari Rentak Kudo dari segi fungsinya.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna. Maka dari itu, untuk lebih memahami materi tentang tari Rentak Kudo ini, pembaca disarankan lebih mencari tahu dari berbagai sumber lainnya.














KEPUSTAKAAN
 Anonim. 2012. “Tugas Sejarah Kebudayaan Tari”. Entiktika. (online), (http://entiktika.blogspot.com/2012/02/, diakses 28 Maret 2015).
Anonim. 2014. “Tari Rantak Kudo”. Wikipedia. (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Rantak_Kudo, diakses 28 Maret 2015).
Anonim. 2014. “Kerinci Segempal Tanah Surgo”. Facebook. (online), (https://www.facebook.com/Qhincay, diakses 28 Maret 2015).
Indrayuda. 2011. “Etnologi Tari Minangkabau”. Indrayuda. (online), (http://indrayuda.blogspot.com/2011/02/, diakses 28 Maret 2015).
Sholimin, Izwan. 2013. “Hilangnya Unsur Tradisional Tari Rentak Kudo”. Info Jambi. (online), (http://infojambi.com/opini/, diakses 28 Maret 2015).